Kenapa Sih Natal Identik Dengan Pohon Cemara?

Sekedar Informasi, Cemara, pohon yang sangat identik dengan Natal.
Sekedar Informasi,

Kalian penasaran gak sih dari berbagai jenis pepohonan, kenapa ya perayaan natal selalu identik dengan pohon cemara?

Ternyata tradisi ini sudah ada sejak zaman Mesir Kuno dan Roma loh! Pepohonan dan tumbuh-tumbuhan yang tetap hijau sepanjang tahun seperti pohon pinus ataupun cemara, memiliki makna tersendiri bagi orang-orang pada zaman dulu. Sama seperti saat ini, mereka juga mendekorasi rumah di musim dingin dengan pohon cemara atau pinus. Bahkan mereka menggantungkan dahan hijau di pintu hingga jendela. Mereka percaya bahwa dekorasi ini dapat menjauhkan keluarga mereka dari penyihir, hantu, roh jahat hingga penyakit.

Pada zaman dahulu, mereka percaya matahari sebagai dewa. Ketika musim dingin tiba, mereka percaya sang dewa matahari sakit dan lemah. Siang terpendek dan malam terpanjang setiap tahunnya, jatuh pada tanggal 21 atau 22 Desember. Mereka merayakan waktu tersebut karena dipercayai sebagai titik balik matahari musim dingin, dimana dewa matahari akhirnya sembuh. Ranting cemara sendiri mengingatkan mereka pada semua tumbuhan yang akan hijau kembali pada musim panas disaat dewa matahari menguat.

 

Bagi Orang Mesir Kuno,

Ketika dewa Ra yang berkepala elang dengan matahari sebagai mahkotanya mulai pulih dari penyakitnya, orang-orang Mesir akan memenuhi rumah mereka dengan daun palem hijau yang melambangkan kemenangan hidup atas kematian.

 

Bagi Orang Romawi,

Titik balik matahari ditandai dengan pesta yang disebut Saturnalia untuk menghormati Saturnus, dewa pertanian. Bangsa Romawi tahu bahwa titik balik matahari berarti bahwa pertanian dan kebun akan segera menjadi hijau dan berbuah. Untuk menandai kesempatan itu, mereka mendekorasi rumah dan kuil mereka dengan dahan cemara.

 

Bagi Orang Viking yang ganas di Skandinavia,

Mengira bahwa pepohonan adalah tumbuhan istimewa dewa matahari, Balder.

 

Sedangkan di Eropa Utara,

Druid misterius, para pendeta Celtic kuno, juga menghiasi kuil mereka dengan dahan cemara sebagai simbol kehidupan abadi.

 

Sedangkan tradisi yang kita kenal sekarang ini berawal dari Jerman. Pada abad ke-16, seorang Kristen yang taat membawa pohon hias ke rumah mereka. Beberapa membangun piramida Natal dari kayu dan menghiasinya dengan pohon cemara juga lilin.

Banyak yang percaya bahwa Martin Luther, pembaru Protestan abad ke-16 yang pertama kali menambahkan lilin yang menyala pada pohon. Pada suatu malam musim dingin, saat ia berjalan menuju rumahnya untuk menulis khotbah, dia terpesona oleh kecemerlangan bintang yang berkelap-kelip di tengah pepohonan. Untuk mengabadikan kembali pemandangan tersebut bagi keluarganya, dia mendirikan sebatang pohon di ruang utama dan menyambungkan ranting-rantingnya dengan lilin yang menyala.

Namun pada abad ke-19, orang Amerika menganggap pohon Natal sebagai suatu keanehan. Hingga tahun 1840-an, pohon Natal dipandang sebagai simbol pagan dan tidak diterima oleh kebanyakan orang Amerika.

image of sekedar informasi